Hidup dan Mati Bagi Kristus
Jumat, 2 Januari 2009 <!–Paulus Roi–>
Dalam perjalanan misinya yang kedua rasul Paulus merintis sebuah jemaat di Filipi, sebuah kota di sebelah utara Yunani. Ia begitu mengasihi jemaat itu. Hal itu Nampak dari suratnya kepada mereka. Jemaat itupun begitu mengasihinya. Mereka menghormati kerasulan Paulus. Mereka juga mendukung pelayanan Paulus secara finansial lebih dari pada jemaat-jemaat lainnya. Ketika mereka mengetahui bahwa Paulus dipenjarakan di Roma karena Injil yang diberitakannya, mereka tidak memutuskan hubungan dengannya karena takut kalau-kalau mereka mengalami penganiayaan yang sama seperti yang dialami Paulus. Sebaliknya, mereka justru memperkuat persekutuan mereka dengannya dan mengutus Epafroditus dengan membawa lebih banyak bantuan untuk mendukungnya.
Akan tetapi, Epafroditus juga membawa kabar buruk kepada Paulus yang berada di Roma. Ia mengatakan bahwa dalam jemaat di Filipi terdapat musuh-musuh Injil yang mengancam kelangsungan iman orang-orang percaya di sana. Keadaan itu telah membuat banyak orang percaya di sana sangat bingung dan resah, apalagi mereka mendengar bahwa Paulus telah dipenjarakan di Roma. Mereka begitu takut dan kuatir kalau-kalau Paulus tidak akan pernah datang dan menolong mereka lagi. Kalau musuh-musuh Injil itu terus-menerus menyebarkan pengaruhnya untuk menghancurkan kemurnian Injil dan Paulus meninggal di Roma, apa yang akan terjadi dengan Injil? Pertanyaan itu rupanya terus-menerus menghantui mereka. Itulah sebabnya Paulus menulis surat Filipi untuk menghibur dan menguatkan mereka. Dalam Filipi 1:12-14 ia berkata:
Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut.
Dengan kata lain, Paulus berkata kepada mereka: “Jangan resah. Jangan kuatir akan kelangsungan Injil. Jangan kuatir pula akan kelangsungan hidupku. Tidak menjadi masalah apakah aku akan dibebaskan atau tetap dipenjarakan, apakah aku hidup atau mati, yang terpenting adalah bahwa Kristus terus diberitakan. Bila melalui pemenjaraan dan kematianku banyak saudara dalam Kristus semakin dikuatkan untuk dengan berani memberitakan Injil, aku rela dipenjarakan seumur hidupku dan mati di sini, karena yang terpenting bukanlah aku, melainkan Kristus. Dalam hal ini aku bersukacita.”
Selanjutnya, dalam Filipi 1:15-19 rasul Paulus berusaha meyakinkan jemaat di Filipi bahwa ia berada dalam keadaan yang baik. Sekalipun ada sebagian orang yang memberitakan Injil dengan maksud jahat, yaitu dengan maksud memperberat bebannya dalam penjara, ia tetap bersukacita, karena baginya yang terpenting adalah bahwa Kristus terus-menerus diberitakan. Ia tidak peduli apakah ia akan tetap hidup ataukah akan mati, karena baginya hidup dan mati adalah Kristus. Hal itu diuraikannya secara lebih lanjut dalam Filipi 1:20-26.
Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.
Kerinduan Rasul Paulus
Rasul Paulus memiliki suatu kerinduan yang begitu mendalam dalam hidupnya. Dari Filipi 1:20 kita mengetahui dengan jelas bahwa yang sangat dirindukan oleh rasul Paulus adalah bahwa dalam segala hal yang dikerjakannya Kristus dengan nyata diagungkan, ditinggikan, dan dimuliakan. Akan tetapi, bila kita mempelajari nas tersebut dengan lebih cermat, kita akan mendapati bahwa cara Paulus menekankan hal itu sangat tidak biasa. Dia mengatakan: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, ….”
Malu adalah suatu perasaan tidak menyenangkan yang kita alami ketika kita membuat suatu kesalahan atau kegagalan di hadapan orang-orang yang pengakuan dan pujiannya sangat kita harapkan. Malu adalah sesuatu yang kita rasakan ketika banyak orang mengejek dan merendahkan kita. Ketika kita terlanjur mengatakan kepada teman-teman kita bahwa kita pasti akan menang dalam suatu pertandingan dan ternyata yang terjadi justru sebaliknya, karena suatu kesalahan yang kita buat, kita gagal dalam pertandingan itu, maka kitapun merasa malu. Ketika banyak orang mengejek dan merendahkan kita karena kelemahan-kelemahan yang kita miliki, kitapun merasa malu.
Lalu, apakah kebalikan dari perasaan malu itu? Kebalikan dari perasaan malu itu adalah perasaan senang yang kita alami ketika banyak orang memuji dan mengakui keberhasilan dan kehebatan kita. Itu adalah perasaan yang kita alami ketika kita memenangkan suatu pertandingan dan banyak orang memberikan tepuk-tangan yang sangat meriah serta ucapan selamat kepada kita. Ya, kebalikan dari perasaan malu adalah perasaan terhormat. Kebalikan dari dipermalukan adalah dihormati.
Akan tetapi, apa yang dikemukakan rasul Paulus dalam Filipi 1:20 sangatlah aneh. Dia tidak mengikuti logika tersebut. Baginya kebalikan dari kehinaan dirinya bukanlah kehormatan dirinya, melainkan kehormatan Kristus. Dia tidak ingin dirinya dipermalukan bukan supaya dirinya dihormati dan dimuliakan, melainkan supaya Kristus dihormati dan dimuliakan melalui dirinya. Itulah sebabnya ia berkata: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.”
Apa yang paling kita inginkan menentukan apa yang membuat kita merasa malu. Bila kita ingin banyak orang menghargai dan menghormati kita, kita akan merasa malu ketika mereka mengejek dan merendahkan kita karena Kristus. Sebaliknya, bila kita ingin banyak orang menghormati dan memuliakan Kristus, kita akan merasa malu ketika mereka mengejek dan merendahkan Kristus karena kita.
Rasul Paulus begitu mengasihi Kristus. Baginya Kristus memiliki nilai yang tak terhingga, jauh melebihi segala sesuatu yang telah dicapai dan dimilikinya. Dia bahkan rela melepaskan segala sesuatu yang berharga dalam hidupnya dan menganggapnya sampah demi mendapatkan Kristus (Flp 3:7-8). Itulah sebabnya Paulus tidak ingin Kristus direndahkan karena dirinya. Sebaliknya, dia rindu banyak orang menghormati dan memuliakan Kristus. Itulah kerinduan dan tujuan utama Paulus dalam hidup dan pelayanannya.
Hidup dan Mati Bagi Kristus
Dalam keadaan bingung, resah, dan kuatir terhadap keadaan rasul Paulus, jemaat di Filipi mungkin berkata: “Ya, Paulus, Kristus mungkin telah menjadi harta yang paling berharga bagimu sekarang. Engkau mungkin telah menikmati persekutuan yang indah dengan-Nya. Dia telah memberkati pelayananmu dan telah menyelamatkan engkau dari karam kapal. Akan tetapi, Paulus, sekarang hukuman mati sedang menantimu. Bagaimana bila engkau harus mati di sana?” Itulah sebabnya dalam Filipi 1:20 Paulus mengatakan: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa … Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.”
Kematian dapat menjadi sebuah ancaman bagi pencapaian tujuan hidup kita. Kematian dapat menggagalkan semua rencana yang telah kita buat. Kematian dapat merampas segala sesuatu yang berharga dalam hidup kita. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa kematian terasa menakutkan bagi sebagian orang. Para pemuda mungkin takut mati karena mereka belum mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam hidup ini dan para orang tua mungkin takut mati karena kuatir terhadap nasib anak-cucu mereka yang begitu mereka kasihi. Akan tetapi, yang menjadi harta terbesar, pusat perhatian, dan tujuan utama rasul Paulus adalah Kristus. Itulah sebabnya ia tidak pernah memandang kematian sebagai sebuah ancaman yang menakutkan, yang dapat menggagalkan tujuan hidupnya. Sebaliknya, dia justru memandang kematian sebagai sebuah kesempatan yang baik bagi pencapaian tujuan hidupnya yang terutama, yaitu mendapatkan Kristus sebagai harta terbesar dalam hidupnya.
Bagi kita hidup dan mati mungkin Nampak seperti dua hal yang saling berlawanan, tetapi tidaklah demikian halnya bagi rasul Paulus. Dalam pemikirannya terdapat kesatuan di antara kedua hal itu, karena kerinduannya adalah bahwa Kristus dengan nyata dimuliakan baik oleh hidupnya maupun oleh matinya. Ya, kerinduannya yang terbesar akan tetap dapat terlaksana dalam kedua hal itu. Karena itu, baginya tidak ada bedanya entah ia hidup atau mati.
Selanjutnya, dalam Filipi 1:21 rasul Paulus memberikan sebuah pernyataan yang sangat ringkas dan padat mengenai prinsip hidup yang mendasari keyakinan, kerinduan, serta harapannya itu. Ia berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Kemudian dalam Filipi 1:22-26 ia menguraikan pernyataannya itu secara lebih lanjut.
Mati Adalah Keuntungan
Rasul Paulus rindu kematiannya tetap dapat membawa kemuliaan bagi Kristus. Akan tetapi, bagaimana kebesaran dan kemuliaan Kristus tetap dinyatakan dalam kematiannya? Bagaimana ia dapat mati dan tetap memuliakan Kristus melalui kematiannya itu? Jawaban yang diberikannya sangat sederhana, yaitu dengan memandang kematian sebagai keuntungan. Ya, bila kita sungguh-sungguh percaya dalam hati kita bahwa kematian adalah keuntungan, kita akan dapat memuliakan Kristus melalui kematian kita.
Dalam Filipi 1:23 rasul Paulus berkata: “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik.” Pernyataan itu sungguh luar biasa. Jauh lebih baik? Benarkah itu jauh lebih baik dari pada bersahabat dengan banyak teman di sekolah? Benarkah itu jauh lebih baik dari pada beristerikan seorang wanita yang kita kasihi? Benarkah itu jauh lebih baik dari pada kenaikan gaji dan jabatan di perusahaan tempat kita bekerja? Benarkah itu jauh lebih baik dari pada memiliki sebuah rumah mewah dengan segala perabotnya yang mahal? Ya, jutaan kali lebih baik! Keyakinan inilah yang membuat rasul Paulus memandang kematian sebagai keuntungan.
Sebelum kita percaya bahwa persekutuan yang nyata dengan Kristus di dalam sorga jauh lebih berharga dari pada siapapun dan apapun yang ada di dunia ini, kita tidak akan dapat memandang kematian sebagai keuntungan dan kita tidak akan pernah dapat memuliakan Kristus melalui kematian kita. Bila dalam hati kita ada seseorang atau sesuatu lain yang kita anggap lebih berharga dari pada Kristus, kita akan merasa takut terhadap kematian, karena kematian akan memisahkan kita dari seseorang atau sesuatu yang kita kasihi itu. Akibatnya, bila ada ancaman kematian yang datang kepada kita, kita akan merasa bingung, resah, kuatir, dan tidak dapat memuliakan Kristus. Bahkan, ketika kita diperhadapkan pada sebuah pilihan, Kristus atau nyawa kita, kita mungkin akan menyangkali Kristus demi menyelamatkan nyawa kita. Itulah sebabnya Yesus pernah berkata dalam Matius 10:37: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”
Sebaliknya, bila Kristus telah menjadi harta terbesar yang paling berharga dalam hidup kita, kita tidak akan pernah merasa takut menghadapi kematian, karena kematian itu tidak akan pernah dapat memisahkan kita dari Kristus. Bahkan, Kita akan merasa senang menghadapi kematian itu, karena kematian itu justru akan membawa kita masuk ke dalam persekutuan yang lebih dekat dan nyata dengan Kristus. Ketika berbagai pencobaan yang berat datang mengancam hidup kita, kita akan tetap kuat dan dapat menghadapinya dengan penuh keberanian. Dengan demikian kematian kita akan menjadi kesaksian bagi banyak orang dan Kristus akan dimuliakan melalui kematian kita itu.
Hidup Adalah Kristus
Setelah kita memahami bagaimana Kristus dapat dimuliakan melalui kematian Paulus, sekarang kita pun patut bertanya bagaimana Kristus dapat dimuliakan melalui kehidupannya. Berkenaan dengan pertanyaan tersebut rasul Paulus menjawab: “Bagiku hidup adalah Kristus.” Kristus dapat dimuliakan melalui kehidupan Paulus karena bagi Paulus hidup adalah Kristus. Akan tetapi, apakah yang dimaksudkan Paulus ketika ia berkata bahwa baginya hidup adalah Kristus? Bila kita mempelajari Filipi 1:22-26 dengan sungguh-sungguh, kita akan mengerti apa yang dimaksudkannya dengan kalimat itu.
Dalam Filipi 1:22 Paulus berkata: “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Di sini kalimat “hidup adalah Kristus” yang terdapat dalam Filipi 1:21 digantikan dengan kalimat “hidup adalah bekerja memberi buah”. Dengan kata lain, “hidup adalah Kristus” berarti “hidup adalah bekerja memberi buah”.
Akan tetapi, penjelasan rasul Paulus tidak berhenti sampai di situ. Dalam Filipi 1:24 ia berkata: “Tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” Dengan kata lain, Paulus tidak bekerja memberi buah untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kepentingan jemaat yang dilayaninya. Sampai di sini kita dapat mengartikan kalimat “hidup adalah Kristus” dalam Filipi 1:21 itu sebagai “hidup adalah bekerja memberi buah untuk kepentingan jemaat”.
Lebih lanjut, dalam Filipi 1:25 rasul Paulus menjelaskan apa yang dia maksudkan dengan “buah” itu. Ia berkata: “Aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman.” Artinya, yang dimaksud Paulus dengan “buah” dalam Filipi 1:22 adalah “kemajuan dan sukacita iman” jemaat.
Sekarang kita dapat melihat alur pemikiran rasul Paulus dengan lebih jelas. Pertama-tama ia mengatakan bahwa baginya hidup adalah Kristus. Kemudian ia mengatakan bahwa baginya hidup adalah bekerja menghasilkan buah dan itu dilakukannya demi kepentingan jemaat. Dan akhirnya ia mendefinisikan buah hasil pekerjaan itu sebagai kemajuan dan sukacita iman jemaat. Jadi, ketika Paulus mengatakan bahwa baginya hidup adalah Kristus, yang dimaksudkannya adalah bahwa baginya hidup berarti bekerja melayani jemaat demi kemajuan dan sukacita iman mereka.
Dalam pemikiran rasul Paulus Kristus dan jemaat memiliki hubungan yang sangat erat dan tak dapat dipisahkan satu sama lain. Menganiaya jemaat berarti juga menganiaya Kristus. Sebaliknya, melayani jemaat berarti juga melayani Kristus. Karena itu, ketika ia memutuskan untuk mendedikasikan seluruh hidupnya bagi Kristus, yang ia lakukan adalah terus-menerus melayani jemaat, membangun iman mereka, dan membimbing mereka sampai mereka menemukan sukacita terbesar dan terindah di dalam Kristus. Dengan berbuat demikian ia berharap Kristus akan terus dimuliakan melalui hidupnya.
Adalah sebuah kebohongan besar bila ada orang yang berkata bahwa ia rindu melayani dan menyenangkan Kristus melalui hidupnya, tetapi ia tidak pernah mau melayani dan membantu saudara-saudara seimannya yang kesusahan dan kekurangan. Adalah suatu dusta besar bila ada orang yang berkata bahwa ia ingin memuliakan Kristus melalui hidupnya, tetapi ia tidak pernah mengajar saudara-saudara seimannya hidup dalam kebenaran dengan memberikan teladan hidup kepada mereka. Adalah suatu kemunafikan besar bila ada orang yang berkata bahwa ia mau hidup bagi Kristus, tetapi ia lebih mengutamakan kepentingannya sendiri dari pada kepentingan saudara-saudara seimannya. Ingatlah, hidup bagi Kristus berarti juga hidup bagi kemajuan dan sukacita iman jemaat.
Ketika jemaat yang kita layani bertumbuh makin dewasa dalam iman, mereka tentu akan hidup seturut kebenaran firman Allah dan hal itu tentu akan membawa kemuliaan bagi Kristus. Ketika jemaat yang kita layani mengalami sukacita dan kepuasan di dalam Kristus, tentu mereka akan mengucap syukur dan memuji-muji Allah atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka. Demikianlah, pelayanan, perhatian, pengajaran, dan keteladanan yang kita berikan kepada jemaat akan membawa kemuliaan bagi Kristus.
Bagaimana Selanjutnya?
Setelah anda membaca dan mempelajari seluruh uraian di atas, apa yang hendak anda lakukan? Keputusan ada di tangan anda. Saya tidak tahu bagaimana keadaan anda sekarang. Saya juga tidak tahu apa yang menjadi pergumulan anda saat ini. Karena itu, saya menyisakan dan menyerahkan bagian aplikasi ini pada anda. Silahkan anda merenungkannya dan mengaplikasikannya dalam hidup anda masing-masing.
Saya sendiri telah mengambil beberapa komitmen sehubungan dengan tulisan ini:
-
Saya akan menjadikan Kristus sebagai harta terbesar dan terindah dalam hidup saya, tetap mengasihi Dia bagaimanapun keadaannya, dan menantikan Dia seumur hidup saya.
-
Saya akan terus “berjuang” menghidupi kebenaran Kristus agar jangan Dia direndahkan dan dipermalukan karena kehidupan saya yang buruk.
-
Saya akan menggunakan seluruh karunia yang telah Allah anugerahkan kepada saya untuk melayani jemaat dan membangun iman mereka di dalam Kristus sampai mereka menemukan kepuasan terbesar mereka di dalam Kristus dan memuliakan Dia