Archive for Februari, 2009

khotbah

Februari 25, 2009

Hidup dan Mati Bagi Kristus

Jumat, 2 Januari 2009 <!–Paulus Roi–>

Dalam perjalanan misinya yang kedua rasul Paulus merintis sebuah jemaat di Filipi, sebuah kota di sebelah utara Yunani. Ia begitu mengasihi jemaat itu. Hal itu Nampak dari suratnya kepada mereka. Jemaat itupun begitu mengasihinya. Mereka menghormati kerasulan Paulus. Mereka juga mendukung pelayanan Paulus secara finansial lebih dari pada jemaat-jemaat lainnya. Ketika mereka mengetahui bahwa Paulus dipenjarakan di Roma karena Injil yang diberitakannya, mereka tidak memutuskan hubungan dengannya karena takut kalau-kalau mereka mengalami penganiayaan yang sama seperti yang dialami Paulus. Sebaliknya, mereka justru memperkuat persekutuan mereka dengannya dan mengutus Epafroditus dengan membawa lebih banyak bantuan untuk mendukungnya.

Akan tetapi, Epafroditus juga membawa kabar buruk kepada Paulus yang berada di Roma. Ia mengatakan bahwa dalam jemaat di Filipi terdapat musuh-musuh Injil yang mengancam kelangsungan iman orang-orang percaya di sana. Keadaan itu telah membuat banyak orang percaya di sana sangat bingung dan resah, apalagi mereka mendengar bahwa Paulus telah dipenjarakan di Roma. Mereka begitu takut dan kuatir kalau-kalau Paulus tidak akan pernah datang dan menolong mereka lagi. Kalau musuh-musuh Injil itu terus-menerus menyebarkan pengaruhnya untuk menghancurkan kemurnian Injil dan Paulus meninggal di Roma, apa yang akan terjadi dengan Injil? Pertanyaan itu rupanya terus-menerus menghantui mereka. Itulah sebabnya Paulus menulis surat Filipi untuk menghibur dan menguatkan mereka. Dalam Filipi 1:12-14 ia berkata:

Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut.

Dengan kata lain, Paulus berkata kepada mereka: “Jangan resah. Jangan kuatir akan kelangsungan Injil. Jangan kuatir pula akan kelangsungan hidupku. Tidak menjadi masalah apakah aku akan dibebaskan atau tetap dipenjarakan, apakah aku hidup atau mati, yang terpenting adalah bahwa Kristus terus diberitakan. Bila melalui pemenjaraan dan kematianku banyak saudara dalam Kristus semakin dikuatkan untuk dengan berani memberitakan Injil, aku rela dipenjarakan seumur hidupku dan mati di sini, karena yang terpenting bukanlah aku, melainkan Kristus. Dalam hal ini aku bersukacita.”

Selanjutnya, dalam Filipi 1:15-19 rasul Paulus berusaha meyakinkan jemaat di Filipi bahwa ia berada dalam keadaan yang baik. Sekalipun ada sebagian orang yang memberitakan Injil dengan maksud jahat, yaitu dengan maksud memperberat bebannya dalam penjara, ia tetap bersukacita, karena baginya yang terpenting adalah bahwa Kristus terus-menerus diberitakan. Ia tidak peduli apakah ia akan tetap hidup ataukah akan mati, karena baginya hidup dan mati adalah Kristus. Hal itu diuraikannya secara lebih lanjut dalam Filipi 1:20-26.

Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.

Kerinduan Rasul Paulus

Rasul Paulus memiliki suatu kerinduan yang begitu mendalam dalam hidupnya. Dari Filipi 1:20 kita mengetahui dengan jelas bahwa yang sangat dirindukan oleh rasul Paulus adalah bahwa dalam segala hal yang dikerjakannya Kristus dengan nyata diagungkan, ditinggikan, dan dimuliakan. Akan tetapi, bila kita mempelajari nas tersebut dengan lebih cermat, kita akan mendapati bahwa cara Paulus menekankan hal itu sangat tidak biasa. Dia mengatakan: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, ….”

Malu adalah suatu perasaan tidak menyenangkan yang kita alami ketika kita membuat suatu kesalahan atau kegagalan di hadapan orang-orang yang pengakuan dan pujiannya sangat kita harapkan. Malu adalah sesuatu yang kita rasakan ketika banyak orang mengejek dan merendahkan kita. Ketika kita terlanjur mengatakan kepada teman-teman kita bahwa kita pasti akan menang dalam suatu pertandingan dan ternyata yang terjadi justru sebaliknya, karena suatu kesalahan yang kita buat, kita gagal dalam pertandingan itu, maka kitapun merasa malu. Ketika banyak orang mengejek dan merendahkan kita karena kelemahan-kelemahan yang kita miliki, kitapun merasa malu.

Lalu, apakah kebalikan dari perasaan malu itu? Kebalikan dari perasaan malu itu adalah perasaan senang yang kita alami ketika banyak orang memuji dan mengakui keberhasilan dan kehebatan kita. Itu adalah perasaan yang kita alami ketika kita memenangkan suatu pertandingan dan banyak orang memberikan tepuk-tangan yang sangat meriah serta ucapan selamat kepada kita. Ya, kebalikan dari perasaan malu adalah perasaan terhormat. Kebalikan dari dipermalukan adalah dihormati.

Akan tetapi, apa yang dikemukakan rasul Paulus dalam Filipi 1:20 sangatlah aneh. Dia tidak mengikuti logika tersebut. Baginya kebalikan dari kehinaan dirinya bukanlah kehormatan dirinya, melainkan kehormatan Kristus. Dia tidak ingin dirinya dipermalukan bukan supaya dirinya dihormati dan dimuliakan, melainkan supaya Kristus dihormati dan dimuliakan melalui dirinya. Itulah sebabnya ia berkata: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.”

Apa yang paling kita inginkan menentukan apa yang membuat kita merasa malu. Bila kita ingin banyak orang menghargai dan menghormati kita, kita akan merasa malu ketika mereka mengejek dan merendahkan kita karena Kristus. Sebaliknya, bila kita ingin banyak orang menghormati dan memuliakan Kristus, kita akan merasa malu ketika mereka mengejek dan merendahkan Kristus karena kita.

Rasul Paulus begitu mengasihi Kristus. Baginya Kristus memiliki nilai yang tak terhingga, jauh melebihi segala sesuatu yang telah dicapai dan dimilikinya. Dia bahkan rela melepaskan segala sesuatu yang berharga dalam hidupnya dan menganggapnya sampah demi mendapatkan Kristus (Flp 3:7-8). Itulah sebabnya Paulus tidak ingin Kristus direndahkan karena dirinya. Sebaliknya, dia rindu banyak orang menghormati dan memuliakan Kristus. Itulah kerinduan dan tujuan utama Paulus dalam hidup dan pelayanannya.

Hidup dan Mati Bagi Kristus

Dalam keadaan bingung, resah, dan kuatir terhadap keadaan rasul Paulus, jemaat di Filipi mungkin berkata: “Ya, Paulus, Kristus mungkin telah menjadi harta yang paling berharga bagimu sekarang. Engkau mungkin telah menikmati persekutuan yang indah dengan-Nya. Dia telah memberkati pelayananmu dan telah menyelamatkan engkau dari karam kapal. Akan tetapi, Paulus, sekarang hukuman mati sedang menantimu. Bagaimana bila engkau harus mati di sana?” Itulah sebabnya dalam Filipi 1:20 Paulus mengatakan: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa … Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.”

Kematian dapat menjadi sebuah ancaman bagi pencapaian tujuan hidup kita. Kematian dapat menggagalkan semua rencana yang telah kita buat. Kematian dapat merampas segala sesuatu yang berharga dalam hidup kita. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa kematian terasa menakutkan bagi sebagian orang. Para pemuda mungkin takut mati karena mereka belum mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam hidup ini dan para orang tua mungkin takut mati karena kuatir terhadap nasib anak-cucu mereka yang begitu mereka kasihi. Akan tetapi, yang menjadi harta terbesar, pusat perhatian, dan tujuan utama rasul Paulus adalah Kristus. Itulah sebabnya ia tidak pernah memandang kematian sebagai sebuah ancaman yang menakutkan, yang dapat menggagalkan tujuan hidupnya. Sebaliknya, dia justru memandang kematian sebagai sebuah kesempatan yang baik bagi pencapaian tujuan hidupnya yang terutama, yaitu mendapatkan Kristus sebagai harta terbesar dalam hidupnya.

Bagi kita hidup dan mati mungkin Nampak seperti dua hal yang saling berlawanan, tetapi tidaklah demikian halnya bagi rasul Paulus. Dalam pemikirannya terdapat kesatuan di antara kedua hal itu, karena kerinduannya adalah bahwa Kristus dengan nyata dimuliakan baik oleh hidupnya maupun oleh matinya. Ya, kerinduannya yang terbesar akan tetap dapat terlaksana dalam kedua hal itu. Karena itu, baginya tidak ada bedanya entah ia hidup atau mati.

Selanjutnya, dalam Filipi 1:21 rasul Paulus memberikan sebuah pernyataan yang sangat ringkas dan padat mengenai prinsip hidup yang mendasari keyakinan, kerinduan, serta harapannya itu. Ia berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Kemudian dalam Filipi 1:22-26 ia menguraikan pernyataannya itu secara lebih lanjut.

Mati Adalah Keuntungan

Rasul Paulus rindu kematiannya tetap dapat membawa kemuliaan bagi Kristus. Akan tetapi, bagaimana kebesaran dan kemuliaan Kristus tetap dinyatakan dalam kematiannya? Bagaimana ia dapat mati dan tetap memuliakan Kristus melalui kematiannya itu? Jawaban yang diberikannya sangat sederhana, yaitu dengan memandang kematian sebagai keuntungan. Ya, bila kita sungguh-sungguh percaya dalam hati kita bahwa kematian adalah keuntungan, kita akan dapat memuliakan Kristus melalui kematian kita.

Dalam Filipi 1:23 rasul Paulus berkata: “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik.” Pernyataan itu sungguh luar biasa. Jauh lebih baik? Benarkah itu jauh lebih baik dari pada bersahabat dengan banyak teman di sekolah? Benarkah itu jauh lebih baik dari pada beristerikan seorang wanita yang kita kasihi? Benarkah itu jauh lebih baik dari pada kenaikan gaji dan jabatan di perusahaan tempat kita bekerja? Benarkah itu jauh lebih baik dari pada memiliki sebuah rumah mewah dengan segala perabotnya yang mahal? Ya, jutaan kali lebih baik! Keyakinan inilah yang membuat rasul Paulus memandang kematian sebagai keuntungan.

Sebelum kita percaya bahwa persekutuan yang nyata dengan Kristus di dalam sorga jauh lebih berharga dari pada siapapun dan apapun yang ada di dunia ini, kita tidak akan dapat memandang kematian sebagai keuntungan dan kita tidak akan pernah dapat memuliakan Kristus melalui kematian kita. Bila dalam hati kita ada seseorang atau sesuatu lain yang kita anggap lebih berharga dari pada Kristus, kita akan merasa takut terhadap kematian, karena kematian akan memisahkan kita dari seseorang atau sesuatu yang kita kasihi itu. Akibatnya, bila ada ancaman kematian yang datang kepada kita, kita akan merasa bingung, resah, kuatir, dan tidak dapat memuliakan Kristus. Bahkan, ketika kita diperhadapkan pada sebuah pilihan, Kristus atau nyawa kita, kita mungkin akan menyangkali Kristus demi menyelamatkan nyawa kita. Itulah sebabnya Yesus pernah berkata dalam Matius 10:37: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”

Sebaliknya, bila Kristus telah menjadi harta terbesar yang paling berharga dalam hidup kita, kita tidak akan pernah merasa takut menghadapi kematian, karena kematian itu tidak akan pernah dapat memisahkan kita dari Kristus. Bahkan, Kita akan merasa senang menghadapi kematian itu, karena kematian itu justru akan membawa kita masuk ke dalam persekutuan yang lebih dekat dan nyata dengan Kristus. Ketika berbagai pencobaan yang berat datang mengancam hidup kita, kita akan tetap kuat dan dapat menghadapinya dengan penuh keberanian. Dengan demikian kematian kita akan menjadi kesaksian bagi banyak orang dan Kristus akan dimuliakan melalui kematian kita itu.

Hidup Adalah Kristus

Setelah kita memahami bagaimana Kristus dapat dimuliakan melalui kematian Paulus, sekarang kita pun patut bertanya bagaimana Kristus dapat dimuliakan melalui kehidupannya. Berkenaan dengan pertanyaan tersebut rasul Paulus menjawab: “Bagiku hidup adalah Kristus.” Kristus dapat dimuliakan melalui kehidupan Paulus karena bagi Paulus hidup adalah Kristus. Akan tetapi, apakah yang dimaksudkan Paulus ketika ia berkata bahwa baginya hidup adalah Kristus? Bila kita mempelajari Filipi 1:22-26 dengan sungguh-sungguh, kita akan mengerti apa yang dimaksudkannya dengan kalimat itu.

Dalam Filipi 1:22 Paulus berkata: “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Di sini kalimat “hidup adalah Kristus” yang terdapat dalam Filipi 1:21 digantikan dengan kalimat “hidup adalah bekerja memberi buah”. Dengan kata lain, “hidup adalah Kristus” berarti “hidup adalah bekerja memberi buah”.

Akan tetapi, penjelasan rasul Paulus tidak berhenti sampai di situ. Dalam Filipi 1:24 ia berkata: “Tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” Dengan kata lain, Paulus tidak bekerja memberi buah untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kepentingan jemaat yang dilayaninya. Sampai di sini kita dapat mengartikan kalimat “hidup adalah Kristus” dalam Filipi 1:21 itu sebagai “hidup adalah bekerja memberi buah untuk kepentingan jemaat”.

Lebih lanjut, dalam Filipi 1:25 rasul Paulus menjelaskan apa yang dia maksudkan dengan “buah” itu. Ia berkata: “Aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman.” Artinya, yang dimaksud Paulus dengan “buah” dalam Filipi 1:22 adalah “kemajuan dan sukacita iman” jemaat.

Sekarang kita dapat melihat alur pemikiran rasul Paulus dengan lebih jelas. Pertama-tama ia mengatakan bahwa baginya hidup adalah Kristus. Kemudian ia mengatakan bahwa baginya hidup adalah bekerja menghasilkan buah dan itu dilakukannya demi kepentingan jemaat. Dan akhirnya ia mendefinisikan buah hasil pekerjaan itu sebagai kemajuan dan sukacita iman jemaat. Jadi, ketika Paulus mengatakan bahwa baginya hidup adalah Kristus, yang dimaksudkannya adalah bahwa baginya hidup berarti bekerja melayani jemaat demi kemajuan dan sukacita iman mereka.

Dalam pemikiran rasul Paulus Kristus dan jemaat memiliki hubungan yang sangat erat dan tak dapat dipisahkan satu sama lain. Menganiaya jemaat berarti juga menganiaya Kristus. Sebaliknya, melayani jemaat berarti juga melayani Kristus. Karena itu, ketika ia memutuskan untuk mendedikasikan seluruh hidupnya bagi Kristus, yang ia lakukan adalah terus-menerus melayani jemaat, membangun iman mereka, dan membimbing mereka sampai mereka menemukan sukacita terbesar dan terindah di dalam Kristus. Dengan berbuat demikian ia berharap Kristus akan terus dimuliakan melalui hidupnya.

Adalah sebuah kebohongan besar bila ada orang yang berkata bahwa ia rindu melayani dan menyenangkan Kristus melalui hidupnya, tetapi ia tidak pernah mau melayani dan membantu saudara-saudara seimannya yang kesusahan dan kekurangan. Adalah suatu dusta besar bila ada orang yang berkata bahwa ia ingin memuliakan Kristus melalui hidupnya, tetapi ia tidak pernah mengajar saudara-saudara seimannya hidup dalam kebenaran dengan memberikan teladan hidup kepada mereka. Adalah suatu kemunafikan besar bila ada orang yang berkata bahwa ia mau hidup bagi Kristus, tetapi ia lebih mengutamakan kepentingannya sendiri dari pada kepentingan saudara-saudara seimannya. Ingatlah, hidup bagi Kristus berarti juga hidup bagi kemajuan dan sukacita iman jemaat.

Ketika jemaat yang kita layani bertumbuh makin dewasa dalam iman, mereka tentu akan hidup seturut kebenaran firman Allah dan hal itu tentu akan membawa kemuliaan bagi Kristus. Ketika jemaat yang kita layani mengalami sukacita dan kepuasan di dalam Kristus, tentu mereka akan mengucap syukur dan memuji-muji Allah atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka. Demikianlah, pelayanan, perhatian, pengajaran, dan keteladanan yang kita berikan kepada jemaat akan membawa kemuliaan bagi Kristus.

Bagaimana Selanjutnya?

Setelah anda membaca dan mempelajari seluruh uraian di atas, apa yang hendak anda lakukan? Keputusan ada di tangan anda. Saya tidak tahu bagaimana keadaan anda sekarang. Saya juga tidak tahu apa yang menjadi pergumulan anda saat ini. Karena itu, saya menyisakan dan menyerahkan bagian aplikasi ini pada anda. Silahkan anda merenungkannya dan mengaplikasikannya dalam hidup anda masing-masing.

Saya sendiri telah mengambil beberapa komitmen sehubungan dengan tulisan ini:

  1. Saya akan menjadikan Kristus sebagai harta terbesar dan terindah dalam hidup saya, tetap mengasihi Dia bagaimanapun keadaannya, dan menantikan Dia seumur hidup saya.
  2. Saya akan terus “berjuang” menghidupi kebenaran Kristus agar jangan Dia direndahkan dan dipermalukan karena kehidupan saya yang buruk.
  3. Saya akan menggunakan seluruh karunia yang telah Allah anugerahkan kepada saya untuk melayani jemaat dan membangun iman mereka di dalam Kristus sampai mereka menemukan kepuasan terbesar mereka di dalam Kristus dan memuliakan Dia

khotbah hiburan

Februari 25, 2009

Melangkah Lebih Jauh ”
( Yosua I : 6 –9 )

Ucapan : Bahan renungan ini diperuntukkan untuk mengenang teman seperjalanan dalam Pelayanan Permata Klasis Jakarta 1997 –2000 Sdri. Alm. Deborah br Ginting ( Kabid Pembinaan ) yang memiliki dedikasi serta integritas yang tinggi untuk Pelayanan Permata dan terpanggil untuk terus setia dan mengerti rencana Tuhan sampai akhir hidupnya dan tekun berdoa untuk kemajuan Permata GBKP.
Selamat jalan Saudariku !

Pengantar :

Sejarah menunjukkan betapa banyak kesulitan – kesulitan dalam hidup yang tidak pernah berhenti melawat generasi satu ke generasi berikutnya, dari jaman Nabi Adam, jaman Plato, jaman Sukarno dan saat ini jaman Megawati … bahkan sampai kapan pun masalah / kesulitan itu tetap ada. Filsuf terkenal Kong Hu Chu, menulis “ Setiap manusia akan ditimpa kesulitan masalah dari lahir sampai akhir hidupnya, dan saat pintu peti mati ditutup, maka saat itulah penderitaan berakhir bagi manusia”
Bagaimana tanggapan kita sebagai orang Kristen, benarkah akan pendapat Kong Hu Chu tersebut? Bukankah setelah kematian ada kehidupan ? apakah disana masih ada kesulitan dan penderitaan?
Tapi sejarah juga menunjukkan, bahwa jaman yang sama juga menghasilkan orang- orang yang “Survive”atau berhasil dalam mengatasi masalah, terbukti, saat ini perkembangan peradaban teknologi begitu tinggi sampai manusia bisa menembus ruang angkasa, dan melalui satelit kita dapat mengetahui isi bumi, daratan dan lautan, belum lagi betapa canggihnya teknologi komunikasi dan digital IT.
Saat ini, siapapun akan dapat menggugat bahwa segala sesuatu pekerjaan itu harus menghasilkan keuntungan dan setiap orang akan berusaha untuk menghindari masalah. Sebenarnya yang menjadi titik pemikiran adalah bukan seberapa besar masalah itu menghingapi kita. Melainkan seberapa besar kekuatan kita membuat Solusi terhadap masalah itu dan berani bertanggung jawab untuk mengambil resiko atasnya.
Sebuah Majalah bisnis international “Forbes” menulis ; Di dunia bisnis sebelum era tahun 90 an untuk jabatan puncak eksekutif ( CEO ) akan didominasi oleh orang yang berumur minimal 50 tahun keatas, namun setelah era tahun 90 an berubah didominasi umur 27 sampai 30 tahunan. Perubahan ini diakibatkan oleh semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan dihasilkannya orang – orang muda yang berjiwa kaliber pemimpin yaitu ; mampu mengenal dirinya, mampu memimpin dirinya sebelum memimpin orang lain, bertanggung jawab,bijaksana, cerdas, dan selalu siap menghadapi tantangan untuk menaklukan masa depan.


Eksposisi Joshua 1 : 6 –9

Josua berarti : Tuhan yang melindungi atau Tuhan yang memberi kemenangan. Bila kita membaca bahan kitab Ulangan dan melanjutkannya ke kitab Yosua. Maka kita menemukan suatu pribadi Yosua yang hangat, sederhana, dan tidak sering membantah atau mengeluh dalam melakukan sesuatu pekerjaan besar. Suatu sikap yang dewasa dan bertanggung jawab dimulai dari dirinya sendiri yang sangat mencintai Tuhan, yang sedari muda telah merasakan dan melihat betapa Tuhan bila telah berjanji maka Tuhan akan menepati, yang telah melihat betapa hidup ini tidak berarti tanpa kehadiran Tuhan, yang telah memimpin bangsanya, yang percaya bahwa bersama dengan Tuhan maka segala perkara dapat dikerjakan bersama.
Suatu pribadi yang siap untuk mengerjakan apapun yang telah Tuhan perintahkan, suatu pribadi yang konsisten, berkomitmen dan mempunyai integritas yang sangat tinggi untuk memimpin suatu bangsa yang besar. Suatu pribadi yang memiliki hubungan pribadi yang kuat dengan Tuhannya, bahkan mampu keluarganya dan seisi rumahnya untuk Setia beribadah kepada Tuhan Allah dengan benar.
Josua adalah orang yang dipenuhi Roh kebijaksanaan ( UL 34: 9 ) yang ketika bekerja bukan hanya berdasarkan emosi semata, melainkan berdasarkan konsep, strategi dan mampu secara terus menerus menjadi teladan didalam hidupnya, sehingga menjadi kesaksian yang hidup,kotbah yang berjalan bagi bangsanya. Yang mampu berperang dan menaklukan musuh-musuhnya serta memberi keberhasilan bagi bangsanya. Seorang pribadi yang sampai akhir hidupnya mampu bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang besar bagi Tuhan.

Hidup adalah Pilihan ( Life is choices )

Slogan diatas begitu sederhana, tetapi itu telah mengubah begitu banyak orang – orang yang gagal kemudian berhasil. Terlalu banyak biografi atau buku sejarah yang menjelaskan betapa ketika seseorang itu memutuskan untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan, dan secara terus menerus meningkatkan kualitas dirinya, mengasah kemampuannya, melakukan langkah – langkah uji coba dan tidak pernah menyerah dalam mengejar apa yang diinginkan, apalagi disertai kepercayaan iman, maka keberhasilan akan diraihnya, cepat atau lambat ( follow your dreams).
J.Oswald Sanders dalam buku Kepemimpinan Rohani menulis :
“ Orang muda yang berkaliber pemimpin akan bekerja sementara orang lain membuang – buang waktu, belajar pada waktu orang lain tidur, dan berdoa pada waktu orang lain bermain. Baginya tidak ada waktu untuk kebiasaan yang tidak baik dan ceroboh, dalam tutur kata atau pikiran, perbuatan atau cara berpakaian. Ia mengikuti disiplin militer dalam hal makanan dan tingkah laku, supaya ia dapat bertempur dengan baik. Dengan tidak segan – segan ia menerima tugas tidak menyenangkan yang dihindari orang lain, atau tugas yang tersebunyi yang dihindari orang karena tidak mendatangkan pujian atau penghargaan. Seorang pemimpin yang dipenuhi Roh Kudus tidak akan undur dalam menghadapi orang atau keadaan yang sulit; ia berani berkorban bila perlu ; Dengan lemah lembut dan berani ia akan memberi teguran jika perlu ; atau ia akan melakukan tindakan disiplin jika pekerjaan Tuhan mengharuskannya bertindak demikian. Ia tidak akan menangguhkan menulis surat yang sukar. Keranjang suratnya tidak akan menutupi bukti – bukti kegagalannya dalam menghadapi masalah- masalah yang mendesak.

Kesimpulan

Seringkali dalam hidup ini, kita tidak tahu apa yang terjadi dengan hari esok, akan bagaimana dengan masa depan kita. Tetapi yang paling penting adalah apakah kita telah melakukan hal yang terbaik yang kita miliki.
Melayani pekerjaan Tuhan sebagai permata ditengah – tengah gereja GBKP merupakan suatu pilihan atau panggilan hidup. Hanya orang – orang yang terpanggil yang sangup untuk mengerjakannya. Tetapi percayalah bahwa Tuhan yang sama yang telah memberkati Yosua akan memberkati kita juga dengan kebijaksanaan, maka berlakulah tekun dan setia serta beribadahlah dengan rasa takut akan Tuhan, percayalah bahwa Tuhanlah yang memberi Pelayanan ini, kita hanyalah hamba – hamba yang tidak berguna, kita hanya melakukan apa yang harus kita lakukan ( band. Lukas 17 : 7- 10 )
“Kebijaksanaan”
Tuhan berikanlah aku pengetahuan untuk bisa mengetahui apa yang bisa aku ubah dari apa yang aku terima. Berikanlah kepadaku pengertian untuk bisa menerima apa yang tidak bisa aku ubah dan berikanlah aku kebijaksanaan untuk bisa membedakannya.

khotbah pemuda

Februari 25, 2009

Tuesday, April 1, 2008

” Bekerja memberi buah bagi Tuhan “

Karena bagiku hidup adalh Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup didunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah . Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
( Filifi 1: 21-22 )

Pengantar :

Setiap orang menginginkan hidup Sukses, Kaya, Pintar dan Bahagia didalam hidupnya, tetapi hanya sedikit orang yang mempersiapkan diri dengan sungguh – sungguh untuk dapat meraih Sukses, Kaya, Pintar dan Bahagia di dalam hidupnya.

Sebenarnya tidak ada alasan yang jelas yang dapat membedakan kehidupan orang percaya kepada Kristus dengan yang bukan Kristen atau ateis sekalipun. Selain terlihat dari sikap hidupnya sehari – hari dan kontribusi apa yang diberikan kepada dunia melalui pemikiran serta perbuatannya selama hidup didunia.

Gugatan negara lain kepada bangsa Indonesia yang mengaku sebagai negara beradab , dan beragama dalam mentalitas hidup sebenarnya sangat wajar. Sebab tidak ada relavansinya bahwa orang Indonesia yang mengaku beragama menjalani nilai – nilai agama secara baik dan benar, melainkan sikap hidupnya lebih buruk dari orang yang tidak beragama.

Gugatan kepada orang – orang muda GBKP sebenarnaya hal wajar juga, sebab banyak orang yang mengaku Permata atau pengurus Permata , namun pola hidupnya jauh dari nilai – nilai kristiani yang sebenarnya, sebab mereka bukan pekerja keras/rajin , mereka bukan orang yang tekun , mereka hanya orang muda yang gampang mengeluh,mudah menyerah, mudah menyalahkan diri sendiri dan orang lain , tidak punya tujuan hidup serta hidup hanya untuk diri sendiri, kalaupun mereka menjadi Pengurus Permata, itu hanya simbolis/hanya gaya hidup, jarang yang meyakini itu adalah Panggilan Tuhan dalam hidupnya untuk menjadi Pelayan yang sungguh sungguh dimasa mudanya.

Kompetisi atau perjuangan hidup dari jaman dulu tetap sama sampai saat ini yakni ; HIDUP ITU SULIT,hanya orang – orang yang memiliki otak/pengetahuan ; memiliki sikap tekun, ulet, semangat juang yang tinggi dan spritualitas hidup yang dapat bertahan.Harus diketahui ketika dunia mengadakan Kompetisi Hidup, seringkali tidak menilai seseorang itu berdasarkan Agamanya melainkan berdasarkan ; Knowledge ( pengetahuan);Skill( keahlian ) dan Attitute ( sikap hidup) yang dimiliki.

Hanya orang – orang yang bertahan hidup di dunia yang dapat menantikan kasih anugerah Surgawi.Sehingga tidak mungkin orang mengaku menerima anugerah Allah namun menyesali hidup serta tidak terus berpikir untuk memberi arti hidupnya.

Dunia ini tidak kekurangan orang yang pintar dan berpengetahuan luas, dunia tidak kekurangan orang – orang baik dan dunia juga tidak kekurangan orang – orang yang beragama, namun dunia kekurangan Pemimpin yang mempunyai kapasitas tinggi dan mampu mengimplementasi kepintarannya, kebaikannya serta nilai agamanya untuk membawa dunia kearah yang lebih baik, maju, beradab, penuh kasih serta rasa takut akan Tuhan.

Eksposisi Filipi 1; 21-22

Pembuktian menunjukan bahwa lebih mudah seorang yang dari mudanya mengenal kasih Tuhan dalam hidupnya dapat lebih lama mempertahankan imannya sampai akhir hidupnya, dibandingkan seseorang yang dimasa tuanya baru merasakan kasih Tuhan dalam hidupnya. Pembelajaran akan pengenalan Allah haruslah sampai seumur hidup, kita harus terus menerus mau diperbaharui menuju kesempurnaan bersama dengan Kristus.Hendaknya pengenalan kita memiliki dasar yang teguh kepada Dia,

Pengenalan akan Allah, seharusnya didasari dari awal bahwa kita adalah Orang Berdosa, yang karena kesalahan dosa kita sebagai manusia. Tidak ada cara yang dapat menyucikan kita dari dosa selain Sang Maha Suci itu sendiri yaitu Yesus Kristus, Kita harus sadar bahwa sebagai manusia, keinginan kita untuk berbuat dosa, terus menerus menghantui kita sampai napas kita berakhir.Satu hal yang dapat menghalau keinginan dosa itu adalah bila kita memiki hubungan pribadi dengan Allah. Hubungan pribadi ini dapat tercipta bila kita memiliki pengenalan pribadi melalui keinginan terus menerus belajar dan berkarya bagi Allah.

Menjadi pelayan Tuhan melalui Permata GBKP merupakan anugerah Allah untuk dapat mengenal lebih dekat dengan Allah dan dapat berakar dalam pengenalan akan Allah itu sendiri. Seringkali kita merasakan jamahan serta kesertaan Allah didalam pelayanan Permata.

Menjadi anggota atau Pengurus Permata GBKP, sebenarnya mendidik kita untuk dibangun didalam Dia ,untuk mengetahui kehendak Allah bagi dunia, kita dididik untuk menjadi teladan dalam segala perkara, Kita dituntut untuk mengunakan akal budi/pengetahuan kita secara optimal, kita juga dididik untuk mempunyai sikap hidup yang benar, serta dapat menjalankan nilai – nilai kristiani dalam pola hidup keseharian kita.

Sebenarnya dengan menjadi Permata , mengajak kita untuk menjadi orang muda yang berpendirian teguh dalam pengenalan iman akan Dia, menjadikan kita pribadi – pribadi yang utuh yang dapat menjadi kesaksian hidup bagi diri sendiri, keluarga , masyarakat dan bagi dunia.Rencana Allah bagi dunia dapat terwujutkan melalui perilaku kehidupan kita sebagai orang – orang muda yang sungguh sungguh melayani tugas melalui Pelayanan Permata.

Dari semua hal yang terindah yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, semuanya harus berakhir menjadi ucapan syukur yang terlihat dari cara kita berpikir, berbicara dan bertindak. Sehingga melalui hidup kita , maka keluarga kita,masyarakat kita, dan dunia tahu akan kehadiran Kristus ditengah – tengah dunia.

Kesimpulan

Menjadi apa Hidup seseorang dimasa Tuanya dapat tercermin dari cara Hidup dimasa Mudanya. Bila seorang dari masa mudanya sudah terlihat akan, cintanya akan Tuhan, kesungguhannya dalam belajar, ketekenunannya akan bekerja keras, semangatnya yang pantang menyerah dan harapannya akan kasih Tuhan , merupakan awal dari gambaran masa Tuanya . Sebuah filsafat Cina kuno mengatakan “ Apa yang kamu Tanam , Itu yang akan kamu Tuai ; merupakan jalinan filosofi apa yang dikatakan oleh kitab Amsal dalam perjanjian lama.
Anda tidak dapat hanya belajar dan menghapal teori cara berenang bila anda tidak pernah terjun keair , mencoba berulang kali, sehingga anda bias menguasai bagaimana cara berenang. Sama halnya dalam kehidupan, iman tanpa perbuatan adalan mati. Manusia tanpa bekerja memberi buah ditengah dunia ini pada dasarnya juga adalah manusia mati.

“Kebijaksanaan”
Tuhan berikanlah aku pengetahuan untuk bisa mengetahui apa yang bisa aku ubah dari apa yang aku terima. Berikanlah kepadaku pengertian untuk bisa menerima apa yang tidak bisa aku ubah dan berikanlah aku kebijaksanaan untuk bisa membedakannya.

Mejuah – Juah, Semarang , 13 Mei ,2005
Ceramah LOKPIM Permata Klasis Jakarta Bandung 2005
Budianto Surbakti

khotbah pemuda

Februari 25, 2009

Eksposisi Surat Filipi, 4 November 2001 oleh Dra. Ria Pasaribu M.Div Kebaktian Pemuda Gereja Kristus Ketapang ” K R I S T U S A D A L A H P U S A T K E H I D U P A N ” ____________________________________________________________________________ SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT FILIPI Introduksi: 1. Dari seluruh surat Rasul Paulus kepada Jemaat, Filipi merupakan surat yang sangat pribadi dan hangat adanya. Kecintaan Paulus kepada Jemaat terekspersi dengan indah dan mendalam [AD 49 & 52]. 2. Kata kunci yang seringkali diuraikan dalam tulisannya dari Penjara: “Sukacita” [chara {khar-ah’}] (1:3-4, 18, 25, 2:1-2, 16-18; 3:1; 4:1, 4), sehingga banyak orang mengatakan: surat Filipi adalah: Himne sukacita Paulus. 3. Kata kunci lain yang cukup dominan dipakai adalah : “Dalam Kristus” (2:1; 3:1; 10; 4:1: 10, 13). Dalam Eksposisi ini kita akan bagi dalam 4 bagian, sbb: Pasal 1. Kristus adalah hidup kita Pasal 2. Kristus adalah teladan kita Pasal 3. Kristus adalah tujuan kita Pasal 4. Kristus adalah kelengkapan bagi orang kristen KRISTUS ADALAH HIDUP KITA (1:1-30) I. PENULIS 1. Penulis surat yang indah ini, a. memperkenalkan dirinya sebagai Paulus b. seseorang yang masa lampaunya adalah penindas pengikut Kristus (persecutor, Kis 8:1-3, 1 Tim 1:13) c. namun sekarang ditindas (persecuted, Fil 1:12-14; Kis 28:30) [AD 60 & 62] 2. Penulis ditemani oieh Timotius, a. bersama Paulus dalam perjalanan misi kedua (Kis 16:1-3) b. seorang muda, yang membaktikan diri melayani Paulus, dan dikasihi Paulus sebagai anaknya (Fil 2:9-22) 3. Bersama mereka menyatakan diri sebagai “hamba” [doulos {doo’-los} | surat kepada jemaat Filipi & Roma, selain itu adalah Rasul]… a. titel “hamba” ini mengandung unsur: ketergantungan, ketaatan, dan menyadari diri dimiliki oleh (ownership). b. digunakan dalam hubungannya dengan Yesus Kristus: – adalah kata yang diikuti dengan harga diri yang nyata/real dignity – pengabdian yang mendalam kepada Tuhan (Fil 2:5) II. A. PENERIMA SURAT PAULUS 1. diidentifikasikan sebagai “Orang-orang kudus dalam Kristus Yesus” a. titel “kudus” adalah panggilan yang umum bagi pengikut Kristus dalam Perjanjian Baru. Ide dasar dari titel ini adalah “dipisahkan”/separation, untuk tujuan pengabdian/persembahan (Keluaran 19:6). b. Kudus “didalam Kristus”, di dalam Dia kita dipisahkan. Dan hanya dengan berada di dalam Dia dan mengalami pengampunan dosa-dosa melalui darah-Nya kita dipanggil menjadi orang-orang kudus (cf. Wah 1:5-6; 5:9-10). c. Adalah hal yang menarik untuk memperhatian kata yang kontras antara “hamba-hamba” dan “Orang-orang Kudus”. Melalui titel tersebut, Paulus dengan segera merendahkan dirinya dan meninggikan mereka, yang kepadanya ia menulis. Paulus mempraktekkan hal yang ditulisnya kemudian tentang kerendahan hati (Fil 2:3). [Education & Ethics] 2. Secara khusus, surat ini adalah bagi Orang-orang kudus di Filipi a. Jemaat di Filipi, permulaan jemaat terdapat pada Kis 16:9-15. Di mana Paulus mendapat panggilan melalui penglihatan, dimulai dengan pertobatan Lydia. b. Permulaan pertumbuhan terdapat dalam Kis 16:16-40, melalui pertobatan seorang kepala penjara dan keluarganya. c. Melalui persekutuan di rumah Lydia. d. Melalui kedatangan Lukas setelah Paulus tiba. 3. Karakteristik jemaat Filipi a. Umumnya adalah orang Yunani (terlihat melalui ketadaan sinagoge di sana). b. Umumnya wanita (terlihat melalui pertemuan di rumah Lydia dan referensi di 4:2). c. Sangat mendukung dalam pekabaran Injil (Fil 4:15-16). d. Menyediakan kebutuhan orang-orang kudus di wilayah yang lain (2 Kor 8:1-5). e. Memperhatikan Paulus saat dalam keadaan tertekan (Fil 4:10,14). II. B. JUGA DITULISKAN KEPADA “PARA PENILlK JEMAAT DAN DIAKEN” Melalui ayat ini kita melihat Organisasi gereja lokal yang Allah kehendaki a. dibangun oleh jemaat b. dikoordinir oleh Penilik Jemaat, (oversees: yang menjagai dan memelihara kerohanian Jemaat; Presbyters/Pastors (cf. Kis 20:17, 28; 1 Pet 5:1-2, memberikan makan Jemaat yang dilayani). Menurut Perjanjian Baru, mereka dipilih dengan syarat-syarat yang terdapat dalam 1 Tim 3:8-13; 1:15-19). Selalu ada kemajemukan di dalam jemaat (cf. Kis 14:23; 20:17; Fil 1:1). c. dibantu oleh para diaken [diakonos {dee-ak’-on-os}], titel yang dipakai: “hamba” atau “pelayan”, dipiiih juga dengan beberapa persyaratan (1 Tim 3:8-13), yang berperan untuk memenuhi kebutuhan jemaat, dibawah koordinasi dari Penilik. Kesimpulan: Jemaat Filipi adalah Jemaat yang dibangun dengan organisasi yang baik yang mendemonstrasikan kasih dan mendukung pelayanan Paulus. III. SALAM a. Kasih Karunia [charis {khar’-ece}], salam yang umum dipakai orang Yunani, yang artinya mengharapkan berkat/kasih atas mereka, bukan karena mereka layak. b. Damai sejahtera [shalom {shaw-lome’}], salam yang umum dipakai di Yunani, hasil dari menerima kasih karunia. c. Dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus, sumber dari kasih karunia dan damai sejahtera yang Paulus rindukan dialami oleh Jemaat. Di mana seseorang menerima hal-hal di atas dari Allah melalui Kristus Yesus, Anak-Nya, seseorang akan benar memiliki: · Damai dengan Allah (Rom 5:1) · Damai dengan manusia (Ams 16:7) · Damai dengan diri sendiri (Fil 4:6-7) IV. UCAPAN SYUKUR ATAS PERSEKUTUAN (1:3-5) a. Memori akan persekutuan mereka adalah sumber sukacita (ay.3, setiap kali aku mengingat kamu), sukacita yang tetap, sehingga setiap kali ia berdoa ia mengingat mereka, yang dilayaninya (Kol 1:3; 1 Tes 1:2) b. Memori Sukacita tsb adalah hasil dari sharing mereka bersama dalam berita Injil; sejak hari pertama (Lydia bertobat, Kis 16:15); sampai sekarang ini (termasuk memberi dan menerima, termasuk bagi Tesalonika (Fil 4:15-16), dan sekarang saat Paulus ada di Roma menerima pemberian yang disampaikan oleh Epafroditus, 4:18). c. Hal ini menggambarkan berkat dari memori yang menyenangkan dan persekutuan yang menciptakan mereka. – Berkat untuk Paulus disaat-saat ia sedang dalam kesulitan (dipenjara). Sekalipun dipenjara Paulus dapat berdoa dengan sukacita. Seperti ada pepatah: “God gave us memory so that we might have roses in December”. – Namun memori dapat menjadi kutukan daripada berkat, jika kita mengunakan hidup dalam dosa dan mengalami masalah dengan sekitar kita. Seperti seseorang mengatakan: “Most People live the first half of their life making the second half of their life miserable” . Jika kita ingin memori yang menjadi berkat bagi kita, kita harus menjadi berkat bagi orang lain. Persekutuan yang indah yang dimiliki Paulus dan jemaat diciptakan melalui, persekutuan dengan berita Injil Yesus Kristus. Dan juga bersama memnyebarkan Injil, langsung atau tidak langsung melalui mendukung mereka yang mengajar. Betapa menyenangkannya hal ini bagi Paulus yang sekalipun harus mengalami di penjara, dapat mengingat kembali kebelakang akan hubungannya dengan jemaat Paulus yang merupakan memori sukacita. d. Keyakinan Paulus akan kehendak Allah yang akan meneruskan pekerjaan-Nya di antara jemaat Filipi (6-7) – kepastian akan kesetiaan Allah sendiri dalam Firman: menolong orang percaya dalam menghadapi pencobaan (1 Kor 10:13), menyediakan pengampunan saat orang percaya jatuh dalam pencobaan (1 Yoh 1:9; 2:1). – Kepastian akan kesetiaan Jemaat Filipi, di mana jemaat bersedia berbagi saat Paulus dipenjara (2:29-30), bersedia untuk berbagi dalam mendukung Paulus, hal ini dikarenakan mereka berbagi bersama dalam anugerah Allah. e. Mengingatkan orang percaya bahwa tidak pernah sendirian dalam bertumbuh sebagai orang kristen, karena: – Allah yang memulai pekerjaan yang baik dalam pertobatan orang percaya. termasuk di dalamnya: Providensia Allah yang memberikan kepada orang percaya kesempatan untuk mendengarkan Injil (Tit 2:11), dan Regenerasi Allah, ketika orang percaya meresponi Injil (Tit 3:4-7) – Dalam melanjutkan iman percaya, orang percaya harus mengerjakan keselamatan (work out your salvation), Allah juga disitu (God work in) bersama orang percaya, maka orang percaya harus bekerja sama dengan Allah (2:12); tetapi Allah yang bekerja di dalam orang percaya (2:13). Dan Ia akan menyediakan pertolongan yang kita butuhkan (4:13) – Pertolongan Allah akan selalu beserta dengan kita sampai hari kedatangan Tuhan Yesus Kristus (2 Tes 1:10; 11-12). – Ia yang akan menyempurnakan (ay 6; Ibr 1:12-14). f. Kerinduan Paulus kepada Jemaat Fiiipi, Allah menjadi saksi dan kasih mesra Yesus Kristus. V. DOA PAULUS BAGI JEMAAT FILIPI 1. Semoga kasihmu makin melimpah, kasih mereka sudah amat nyata kepada Paulus (4:15-16); Jemaat yang membutuhkan di Yerusalem (2 Kor 8:1-5); namun prinsip di sini, kasih harus selalu bertumbuh! Dalam mengembangkan karakter seperti Kristus (2 Pet 1: 5-8). 2. Dalam pengetahuan yang benar (prinsip moral yang benar) dan dalam segala macam pengertian (memiliki hikmat untuk melakukan prinsip moral tersebut, Yak 1:5; Ams 2:1-9). 3. Agar mereka dapat memilih yang baik/Execellent, supaya suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus; Penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus (1 Yoh 3:16; Fil 4:13) Untuk memuliakan dan memuji Allah (Mat 5:16; 1 Pet 2:12). VI. KESAKSlAN PAULUS DALAM PENJARA (12-18) 1. Filipi Tahu keadaan Paulus (4:14). 2. Filipi tidak usah kuatir berlebihan, karena: Pemenjaran itu akibat dari mengabarkan “Kabar Baik” dan bukan kabar buruk. Menyebabkan kemajuan Injil. 3. Kabar Baik masuk ke dalam penjara. Menjadi contoh bagi orang lain untuk melakukan penyebaran Injil (14); sekalipun ada yang bermotivasi lain (15-18), namun Paulus tetap bersukacita (18). VII. MEMULIAKAN KRISTUS DALAM HIDUP ATAU MATI (19-26) 1. Memuliakan Kristus dalam kehidupan, melalui sikapnya kepada (21), fokus hidupnya (3:7-8); melayani Kristus (Gal 2:20, 22). Selama hidup (25-26). 2. Memuliakan Kristus dalam kematian (21, 23). 3. Bagaimana Paulus bersedia untuk hal di atas? (2 Tim 4:6-8), melalui kesetiaannya, bahkan sampai mati (menurut tradisi Paulus mati martir dalam penguasaan kaisar Nero). VII. NASIHAT PAULUS BAGI JEMAAT (27-30) 1. Tetap berjuang, berpadanan dengan Injil Kristus. 2. Tiada digentarkan oleh pihak lawan. 3. Rela menderita = kasih karunia. ____________ Kepustakaan: Baker, D. Philippians, Jesus Our Joy Brill, J. W. Tafsiran Surat Filipi ___. Dokumen “Phillipians”. USA: Calvin College Fee, Gordon. D. Paul’s Letter to the Philippians O’Brien, P. The Epistle to the Philippians _______________________________

Hello world!

Februari 25, 2009

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!